~14~

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"(Name)!!!!! Bangunlah!!", Sanemi memangku dan mengguncangkan badan (Name) yang kini sudah tak sadarkan diri dengan keadaan berdarah.

'Kumohon bangunlah..... aku tak ingin kejadian dulu terulang lagi, aku tak ingin melihatmu mati, (Name)...', Sanemi masih menangis dan memeluk (Name).

Suara ambulans mendekat, orang yang menabrak (Name) ternyata menelpon ambulans dan mengambil jalan damai setelah nyaris baku hantam dengan Sanemi. Ia perlu membiayai perawatan (Name) sampai dia sadar.

Sepanjang jalan menuju rumah sakit, Sanemi tak bisa berhenti menangis dan terus-terusan menggenggam tangan (Name). Meminta maaf dan menangis sejadi-jadinya sudah ia lakukan, berharap (Name) membuka mata atau setidaknya menunjukkan bukti ia masih hidup.

"Maaf, tuan... anda hanya bisa menunggu sampai disini! Sisanya tolong percayakan pada tenaga medis....", tegur seorang perawat saat Sanemi memaksa masuk ke dalam ruangan. Namun perawat itu akhirnya cepat-cepat menutup pintu UGD dan meninggalkan Sanemi yang kini terduduk di lantai depan UGD.

"Kami-sama..... kumohon, aku ingin (Name) sadar.... Aku ingin bersamanya... aku akan meminta maaf padanya.... Kumohon, aku tidak ingin dia merasakan sakit, tapi kini aku menjadi penyebab rasa sakitnya yang bertambah...", Sanemi menangis dan menekuk lututnya, memohon pada kami-sama agar gadis itu kembali sadar.

***

"Tempat ini sangat gelap, sudah berapa kali aku berada di tempat seperti ini?", gumam (Name) memperhatikan keadaan sekitarnya yang sangat dingin.

"Hee~? Kita bertemu lagi ya, diriku", (Name) yang berada di masa lalu tersenyum.

"Kau? Ini dimana?"

"Disini..... siapa yang tau ini dimana... dulu aku juga mengalami hal yang sama ketika aku pingsan setelah bertarung...

.

.

.

Kumohon, Shinazugawa-sama sedang menangis.... Kembalilah padanya...."

"Maksudmu? Aku tidak mengerti..."

"Kau akan tau nanti....", (Name) dari masa lalu menghilang begitu saja.

"Apa maksud gadis itu?", tanya (Name).

Kini ia berpindah menuju tempat dimana ia berdiri pertama kali memperkenalkan diri pada Sanemi di kelas. Ia baru menyadari kalau pipi Sanemi bersemu merah karena gugup. Baru sebentar, ia sudah berpindah ke ruang guru, memperhatikan Sanemi dan Kanae yang berbincang setelah ia pergi dari ruang guru untuk memberikan hadiah pada Sanemi.

'Ternyata mereka sudah ingat lebih dulu daripada aku', batin (Name).

Kini ia melihat Sanemi yang sedang melihat foto di handphone nya...

Ya, itu fotonya yang sedang tersenyum dari kejauhan, mengobrol dengan teman-temannya. Entah kapan Sanemi memotretnya dan kini ia memandangi foto (Name) dengan senyumnya yang mengembang.

Dan sekarang, ia melihat Sanemi, Kanae dan Shinobu berjalan bersama, tepat sebelum ia lari dari Sanemi...

"Ne, Shinazugawa-sensei, apa rencanamu untuk mendekati (Name) berjalan lancar?" –Shinobu

"Kurasa sedang tidak lancar, (Name) menghindariku sejak pagi ini... aku tidak tau kenapa" –Sanemi

"Mungkin kau harus menanyakannya, Shinazugawa-sensei..... agar tidak ada salah paham" –Kanae

"Hee...itu (Name) kan?" –Shinobu

"(Name)/ (Name)-chan!!", sapa ketiganya namun (Name) malah menghindar dan lari, sehingga tabrakan ini terjadi.

Seseorang dengan jubah hitamnya mendekati (Name).

"Shinigami-sama?" –(Name)

"Ya... ini aku..." –Shinigami

"Apa aku sudah mati?" –(Name)

"Aku ingin mencabut nyawamu tadinya, tapi aku melihat pemuda itu.... Ia menangis karena kau belum sadar, ia bahkan berdoa agar kau cepat sadar...

Dia sangat peduli padamu... karena masih ada orang yang ingin kau kembali, aku tidak bisa mencabut nyawamu...

Kembalilah padanya, aku memberimu waktu untuk bersamanya", kata Shinigami.

"Eeh?", (Name) kini didorong mendekati sebuah pintu yang sangat terang...

.

.

.

.

.

'Unnghh.... Aku dimana?', batin (Name) yang kini membuka matanya. Matanya menatap ke atas, menatap sekelilingnya, ruangan serba putih dan suara alat pendeteksi jantung yang berbunyi mengikuti detakan jantungnya.

'Aku di rumah sakit rupanya.... Tapi, tanganku berat sebelah....', (Name) menatap tangan kanannya, Sanemi sedang tertidur menggenggam tangannya.

'Ia menungguku sadar?', (Name) bergerak perlahan agar Sanemi tidak terbangun. Perlahan ia melepas tangannya yang digenggam erat Sanemi.

"Ngghhh....", Sanemi menggumam pelan karena tangan (Name) yang terlepas dari genggamannya. (Name) tidak bergerak sebentar, memastikan Sanemi masih tertidur.

"Nee, Sanemi-sensei.... Gomennasai, aku jadi membuatmu tertidur disini...", bisik (Name).

Tangan (Name) mengelus surai salju perlahan dan tersenyum kecil. Merasa bersalah karena pasti Sanemi akan mengalami pegal di lehernya setelah menunggunya tersadar.

Merasa seseorang mengelus rambutnya, Sanemi membuka matanya perlahan. Menatap dari balik rambut depannya yang acak-acakan, (Name) mengelus rambutnya dan tersenyum. Sontak ia langsung menegakkan kepalanya, membuat (Name) terkaget dan selang infus di tangannya bergeser.

"I-Ittai...", lirih (Name).

"G-Gomen, (Name)...", Sanemi buru-buru membetulkan infus (Name) agar darah tak balik mengalir ke dalam selang infus.

(Name) menghela napasnya, menatap Sanemi dengan tatapan kosong.

"Kenapa kau tidak membangunkanku?" –Sanemi

"So-Soalnya... Sanemi-sensei tidurnya pulas, jadi aku tidak tega membangunkanmu, gomen... kau jadi tertidur menjagaku", (Name) menunduk pelan merasa bersalah.

"Bukan masalah untukku, tidak perlu meminta maaf.... Harusnya aku yang minta maaf, karena aku kau jadi begini...." –Sanemi

(Name) masih diam, ia ingin menangis mengingat masa lalunya dulu dengan Sanemi.

"Nee, (Name).... Aku ingin bertanya padamu....

Kenapa... kau lari dariku waktu itu? Apa aku ada salah?", Sanemi duduk kembali di kursi yang jadi tempat duduknya tadi.

"Iie.... Sensei tidak bersalah apapun.... Aku....

Hanya mengingat masa laluku dan aku syok... jadi aku lari dari sensei" –(Name)

"M-Masa lalu?" –Sanemi

Masa lalu... biarlah masa lalu~~~ //PLAK//

"Umm.... Akhirnya aku ingat.... Aku dan Shinazugawa-sama, iie... Sanemi-sensei.....

Adalah guru dan murid di masa lalu kan?", tanya (Name) dengan senyum tipisnya menatap Sanemi.

'Dia sudah ingat sekarang....' –Sanemi

"H-Ha'i.... Kau adalah tsuguko ku dulu.... Maafkan aku, aku memutus benang takdir kita dulu.... Maafkan aku yang tidak peka padamu... maafkan aku yang selalu menyakitimu sampai kau merasakan hanahaki sendirian...

Gomennasai.... Saat kau mati di pelukanku, aku menangis dan berharap kau membuka matamu, meski aku tau itu percuma... karena itu, aku berjanji pada diriku sendiri... jika aku dan kau terlahir kembali, aku ingin meminta maaf dan ingin bersamamu...", jelas Sanemi dengan berurai air mata. Air mata penyesalan.

(Name) hanya terdiam, bibirnya tak mampu mengucapkan sepatah kata. Air mata juga turun menuruni pipinya dan turun merembes ke selimut yang kini ia cengkram erat.

"(Name).......", Sanemi mendekatkan badannya dengan (Name), (Name) gugup dan bahkan ia bisa mencium aroma tubuh Sanemi sekarang. Hatinya berdegup kencang, mungkin jika sekarang ia menoleh ke arah EKG (alat pendeteksi detak jantung) sekarang, grafiknya pasti naik turun karena jantungnya berdebar-debar.

"Ha-Ha'i, sensei?" –(Name)

"Kazehana (Name).... Maukah kau memberikanku kesempatan kedua? Aku tau aku bersalah, dan aku ingin memperbaiki kesalahanku yang terlambat dulu.... ", Sanemi menggenggam kedua tangan (Name) dan menatapnya dalam.

(Name) sempat terdiam, memilih kalimat yang tepat untuk ia katakan pada Sanemi.

"U-Umm.... Aku mau, Sanemi-sensei", wajah (Name) sudah seperti tomat rebus.

"Arigatou, (Name)", Sanemi memeluk (Name) erat. Seolah ia akan kehilangan (Name) saat ini.

"D-Douita.... Nee, sensei... sudah berapa lama aku tak sadar?", tanya (Name) setelah Sanemi melepaskan pelukannya.

"Ini hari ketiga kau tidak sadar karena kehilangan banyak darah.... Untuk bayarannya tenang saja, orang yang menabrakmu kemarin rupanya sedang mabuk jadi dia akan bertanggung jawab membayar perawatanmu.... Kau tau, aku sangat khawatir... aku takut kehilanganmu, jadi aku disini sejak pagi sampai sore, dan aku pulang kalau malam", jelas Sanemi.

"Etto.... Tasku..." –(Name)

"Aku membawanya... itu ada di nakas sebelahmu....", kata Sanemi menunjuk nakas di sebelah kiri (Name). Tasnya berada di sebelah vas bunga berisi bunga lili putih.

"Sou desu ne.... berarti sejak aku tabrakan aku belum ganti baju dong?" –(Name)

"I-Itu.......

Gomen, aku disuruh ambil baju oleh suster, jadi aku membawa kunci apartemenmu dan membawa beberapa baju.... D-dan..pakaian dalam", wajah Sanemi merah padam mengingat ia sempat bingung saat membawa baju ganti (Name).

Wajah (Name) kini sama merahnya dengan Sanemi, "S-Sensei no ecchi!!", pekiknya malu sambil memukul pelan bahu Sanemi.

"Cho-Chotto matte!! Aku disuruh suster! Ka-kalau bukan karena disuruh aku juga tidak akan membuka lemarimu" –Sanemi

'Ya meskipun pada akhirnya aku tau ukuranmu, (Name)', Sanemi mesum.

"B-Baka ne....", gumam (Name) memalingkan wajahnya ke kiri menghindari tatapan Sanemi.

"Sumimasen, saatnya pemeriksaan rutin.... Aaah Kazehana-san sudah sadar?", tanya suster itu.

"Umm....be-begitulah, suster" –Sanemi

"Ha'i.... tuan, silahkan keluar sebentar karena Kazehana-san mau diperiksa lukanya", kata suster itu. Sanemi dengan wajah memerah malu keluar dari ruangan itu dan menutup pintu.

...

"Ha'i.... tuan boleh masuk sekarang, pemeriksaannya sudah selesai... Kazehana-san bisa pulang besok jika tidak ada kendala", jelas suster itu dan Sanemi mengangguk.

Sanemi membuka pintu dan mendapati (Name) masih tertunduk malu.

"(Name).... Gomenne, aku kan tidak ada niat jahat saat membuka lemarimu, lagipula kau kan tinggal sendirian... siapa yang tau kalau kau kecelakaan kemarin?", Sanemi memegang tangan (Name) meminta maaf.

"Aku akan memaafkan sensei.... Jika sensei membelikanku coklat setelah aku keluar dari rumah sakit", (Name) memalingkan kepalanya agar wajah blushingnya tidak terlihat oleh Sanemi.

"Hontouni?? Aku akan membelikanmu berapapun asal kau memaafkanku" –Sanemi

"Ha'i.... arigatou, sensei ^^", pekik (Name) senang dan tanpa sadar ia malah memeluk Sanemi karena kegirangan. Setelah sadar, ia langsung melepas pelukannya, Sanemi kecewa karena baru senang merasakan pelukan (Name) eh malah dilepas.

"Ttaku kau ini.... Nee, omong-omong... berarti kita pacaran kan sekarang?", goda Sanemi dengan smirknya.

"Se-Sejak kapan aku jadian dengan sensei!?" –(Name)

"Sejak.... Kau memberi kesempatan kedua padaku", Sanemi mendekatkan wajahnya dengan wajah (Name).

"A-Aku tidak bermaksud seperti itu", dasar (Name) tsundere.

"Hee... kalau begitu, langsung saja.... Kazehana (Name), maukah kau menjadi pacarku?" –Sanemi

"..................... tentu saja aku mau, Sanemi-sensei!" –(Name)

Sanemi tersenyum dan memeluk (Name) lagi, menyandarkan kepalanya di ceruk leher (Name). Membuat si empunya leher kegelian karena merasakan deru napas Sanemi di lehernya.

"Sa-Sanemi-sensei... geli....." –(Name)

"Hehe~...... hmm.. sekarang sudah jam 7, apa kau mau makan sesuatu? Aku akan membelikannya" –Sanemi

"Kurasa.... Aku mau ebi furai" –(Name)

"Tunggu sebentar ya... aku akan kembali sebentar lagi... watashi no kanojo", Sanemi mengusap rambut maroon (Name) dan berbalik keluar ruangan.

"B-baka ne, Sanemi-sensei", gumam (Name).

***

Uhuk uhuk!!! Pj woe pj !!

Udah jadian aowkwkwkwk.... Siapa yang kemaren ngira mbak name fanmeet sama shinigami?

~Azu~

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro